PENANGANAN GAMET BETINA
Oleh:
Insan Maulina
B1J009057
LAPORAN
PRAKTIKUM BIOLOGI RERODUKSI
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
BIOLOGI
PURWOKERTO
2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gamet adalah sel kelamin, yaitu sel khusus dari tubuh
yang membawa separoh materi genetik dari orang tuanya untuk diteruskan ke
generasi berikutnya dalam proses penyatuan gamet yang disebut fertilisasi. Persiapan gamet betina untuk menuju pembuahan
adalah proses oogenesis dari tahap oosit primer menjadi oosit sekunder. Induksi
pematangan oosit inipun sudah dapat dilakukan secara in vitro. Dengan demikian
proses persiapan gamet untuk keduanya masing-masing dapat mencapai tahap
pematangan yang serentak, sinkron, bersamaan, dapat diatur secara in vitro.
Telur adalah satu-satunya sel hewan yang memiliki sifat totipotensi.
Totipotensi yaitu memiliki potensi atau kemampuan berkembang menjadi individu
baru dalam satuan hari atau minggu. Sifat totipotensi itu dimiliki sel telur setelah
diaktivasi. Tidak ada sel lain dalam hewan tingkat tinggi yang memiliki
kemampuan seperti itu.
B.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum kali ini adalah dapat menangani gamet betina dan gamet jantan
termasuk menganalisis tingkat kematangan gamet betina dan gamet jantan dalam
hal persiapan untuk fertilisasi.
II.
ALAT,
BAHAN DAN CARA KERJA
A.
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah kateter, spuit tanpa jarum,
objek glass, pipet, cawan petri, mikroskop, micrometer, haemocytometer, dan tabung
reaksi.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah medium untuk gamet yaitu larutan
sera (60% methanol+ 30% formaldehid+ 10% asam asetat), ikan tawes, ikan lele, ikan nilem.
B.
Cara
Kerja
Cara kerja dalam praktikum kali
ini, sebagai berikut:
a.
Alat-alat disiapkan
untuk pengambilan dan pengamatan gamet betina yaitu kateter, mikroskop, dan
objek glass.
b.
Induk betina dipegang
dengan benar.
c.
Bagian ventral dekat
bagian sirip ekor, lubang-lubang pengeluaran pada ikan betina, diamati dan
dikenali dengan baik.
d.
Satu ujung kateter
dimasukan ke dalam lubang pengeluaran kemudian dengan ujung satunya lagi di
mulut, telur disedot sehingga telur masuk ke kateter.
e.
Kateter dikeluarkan
secara hati-hati dari tubuh induk dan telur dipindahkan dari dalam kateter dengan
meniupkan ke dalam objek glass atau ke dalam wadah yang telah disediakan.
f.
Diameter gamet diamati
dan diukur di bawah mikroskop.
g.
Jumlah telur yang dapat
dikoleksi dari kateter kemudian dicatat.
h.
Ukuran gamet telur yang
diperoleh dari pengukuran di bawah mikroskop dicatat dan dilaporkan.
i.
Telur ditetesi
dengan larutan sera kemudian lakukan pengamatan dengan mikroskop dan hitung
jumlah telur
j.
Hasil pengamatan
dilaporkan dan dilengkapi dengan gambar gamet yang menunjukkan ukuran gamet
yang diukur dari bagian mana sampai dengan titik/bagian mana dan berapa hasil
pengukurannya.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel pengamatan telur ikan
Jenis ikan
|
Jumlah telur
|
Warna telur sebelum ditetesi larutan sera
|
Warna telur setelah ditetesi larutan sera
|
Diameter telur setelah ditetesi larutan sera
|
Lele
|
49
|
kuning
|
Lebih gelap
|
Lebih besar
|
Nilem
|
23
|
hitam
|
Coklat tua
|
Lebih besar
|
Tawes
|
28
|
Coklat
|
gelap
|
Lebih besar
|
B.
Pembahasan
Gamet
adalah sel kelamin, yaitu sel khusus dari tubuh yang memebawa separoh material
genetic dari orang tuanya untuk diteruskan ke generasi selanjutnya, dalam
proses penyatuan gamet yang disebut fertilisasi atau pembuahan. Ada dua sel
gamet yaitu gamet jantan yang disebut spermatozoon, jamaknya spermatozoa dan
sel gamet betina yang disebut telur atau ovum, jamaknya ova. Sel gamet sangat
berbeda dari sel tubuh lainya yaitu bila sel tubuh akan mati bersama matinya
suatu individu maka sel gamet sebagian tetap hidup dan berkembang dalam
individu generasi penerus (Sistina, 2008).
Telur
ikan adalah sel gamet betina yang mempunyai program perkembangan untuk menjadi
individu baru, setelah perkembangan tersebut diaktifkan oleh spermatozoa.
Selama masa perkembangan, telur mengalami beberapa proses yang merupakan awal
hidup ikan dimana berhubungan dengan stabilitas populasi ikan dalam suatu
perairan (Effendie, 2002).
Hasil pengamatan saat praktikum dihasilkan telur ikan lele sebanyak 49, dengan warna kuning dan setelah ditambahkan larutan
sera menjadi lebih gelap serta diameternya yang menjadi lebih kecil dari
sebelumnya. Telur ikan nilem sebanyak 23, dengan warna hitam dan setelah ditambahkan larutan
sera menjadi coklat tua. Telur ikan tawes sebanyak
28, dengan warna coklat kehitaman dan setelah
ditambahkan larutan sera menjadi lebih
gelap serta diameternya yang menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Larutaan sera berfungsi sebaagai
larutan fiksatif.
Hasil akhir dari
gametogenesis adalah telur, dimana setelah oosit mengalami fase pertumbuhan
yang panjang sangat bergantung pada gonadotropin. Perkembangan diameter telur
pada oosit teleostei umumnya karena akumulasi kuning telur selama proses
vitelogenesis. Akibat proses ini, telur yang tadinya kecil menjadi besar. Selama oogenesis, salah satu yang paling mencolok adalah
pembentukan sebuah zona tebal yang sangat berdiferensiasi yang terdiri dari
membran telur, membran vitelin, zona radiata, zona pelusida dan terletak
diantara lapisan-lapisan granulosa dan oosit.
Salah satu tanda yang amat
jelas yang membedakan telur dari sel lainnya adalah ukurannya yang besar.
Bentuknya adalah bulat atau ovoid (oval). Ukuran diamaternya adalah 100 µm pada
manusia dan sea urchin dan 1-2 mm pada katak dan bangsa ikan dan beberapa cm
pada bangsa burung dan reptil, dibandingkan dengan diameter sel somatic yang
sekitar ± 20 µm (Sistina, 2008).
Proses pembentukan ovum berawal dari
oogonium (Ovum production) . Telur ikan mempunyai rangka tulang yang bentuknya relatif besar dan
berisi banyak detoplasma. Pembelahan selalu partial dan menuju ke pembentukan
blastoderm. Keping lembaga berbentuk plat yang tebal terdapat pada kutub
animal. Pada keping lembaga itulah terjadi pembelahan sel zigot yang akan
membentuk blastoderm. Ooplasma membaur dengan detoplasma di dalam blastoderm
dan berisi banyak inti yang menyebar (effendi, 2002).
Menurut
Moeller (2004), telur ikan nilem berbentuk bulat dengan yolk berwarna kuning
kehijauan. Diameter telur sudah masak dan belum tercelup air 0,98-1,08 mm dan setelah terbuahi diameternya
1,36-1,40 mm. yolk terdistribusi tidak merata dan
dapat digolongkan pada telur tipe telolechital berat, sehingga tipe pembelaha
clevagenya termasuk pembelahan meroblastik. Telur terbungkus karion dengan
dilengkapi satu mikropil untuk jalan masuk spermatozoa pada saat pembuahan.
Semakin
besar diameter telur berarti menggambarkan tingkat kesiapan gamet betina untuk
dibuahi karena terjadi proses vitelogenesis yang merupakan proses penimbunan
vitelin atau yolk atau kuning telur untuk bakal individu kelak sebagai langkah
persiapan telur untuk siap dibuahi oleh spermatozoa.
Ukuran
telur pada setiap spesies ikan berbeda.
Hal ini disesuaikan dengan sperma yang akan membuahi, sehingga kemungkinan
terjadinya fertilisasi besar. Semakin besar ukuran telur,
semakin besar kemungkinan terjadinya fertilisasi pada ikan
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan,
maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1.
Telur ikan
adalah sel gamet betina yang mempunyai program perkembangan untuk menjadi
individu baru, setelah perkembangan tersebut diaktifkan oleh spermatozoa.
2.
Hasil pengamatan saat praktikum dihasilkan telur ikan lele sebanyak 49,
dengan warna kuning dan setelah
ditambahkan larutan sera menjadi lebih
gelap serta diameternya yang
menjadi lebih kecil dari sebelumnya.
Telur ikan nilem sebanyak
23, dengan warna hitam dan setelah ditambahkan larutan
sera menjadi coklat tua. Telur ikan tawes sebanyak
28, dengan warna coklat kehitaman dan setelah
ditambahkan larutan sera menjadi lebih
gelap serta diameternya yang menjadi lebih kecil dari sebelumnya.
DAFTAR
REFERENSI
Effendie,
M. I. 2002. Biologi Perikanan. Pustaka Nusantara,
Bogor.
Moeller,
R. B. 2004. Biology of Fish. California Animal Health and Food Safety
Laboratory. System University of California, Caifornia.
Sistina, Y. 2008. Bahan Ajar Biologi Reproduksi. Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Soedirman,Purwokerto.